Rabu, 17 September 2008

Ekonomi Lipstik Amerika

Ekonomi Amerika sedang "meltdown"? Itu tergantung. Ronald Reagan mengatakan, untuk mendefinisikan kemunduran ekonomi, "Resesi adalah apabila tetangga Anda kehilangan pekerjaan. Depresi adalah apabila Anda kehilangan pekerjaan Anda. Recovery adalah apabila Presiden Carter kehilangan pekerjaannya."

Kalimat ini dikatakan Reagan pada masa kampanye presiden melawan calon incumbent Jimmi Carter saat itu.

Perusahaan sekuritas raksasa Lehman Brothers yang mempunyai sejarah 150 tahun bangkrut; saham Wall Street rontok hingga 500 poin dalam sehari, diikuti rontoknya saham-saham di pasar seluruh dunia. "Gempa susulan" terus memakan korban. Perusahaan asuransi Amerika terbesar di dunia, American International Group (AIG), yang asetnya mencapai 1,1T dolar dan memiliki klien sebanyak 74 juta di seluruh dunia, juga berada di ambang kebangkrutan.

Meskipun begitu, tak semua orang gelisah menghadapi muramnya situasi ekonomi dunia saat ini, khususnya Amerika. Capres presiden AS John McCain mengatakan, "Fundamental ekonomi kita kuat, " yang jelas mengundang pelecehan dari lawannya barrack Obama. McCain kemudian meralat pernyataannya menjadi, "Fundamental ekonomi kita menghadapi tantangan." Walaupun banyak juda analis ekonomi setuju dengan pernyataannya yang pertama.

Semuanya tergantung kepentingan. Kita sedang hidup dalam dunia yang bermandikan dengan manipulasi kata, citra dan pesona. Dibalik itu semua adalah kepentingan. Krisis di Wall Street dan ekonomi Amerika secara umum sekarang tidak lain juga merupakan korban dari manipulasi informasi demi kepentingan pihak-pihak tertentu.

Bangkrutnya World.Com, skandal Emron, hingga Lehman Brothers semuanya mempunyai pola yang sama: manipulasi canggih laporan keuangan supaya terkesan bagus untuk menjaga citra dan mendongkrak harga saham; ketika borok semakin parah tak bisa ditutupi lagi dan tercium oleh publik, maka larilah investor untuk menyelamatkan uangnya, sehingga harga saham bisa terjun bebas hanya dalam hitungan jam.

Ketika investor lari, tinggalah para CEO yang dihadapkan pada ancaman kebangkrutan dan resiko akuisisi perusahaannya oleh pihak lain. Beban yang paling berat tentunya ditanggung oleh para pegawai dan keluarganya yang berada di ambang kehilangan pekerjaan.

Obama benar ketika mengatakan, "What we've seen the last few days is nothing less than the final verdict on an economic philosophy that has completely failed."

Akhirnya seorang capres Amerika menyuarakan juga perlunya regulasi pada pasar modal. Hal yang sudah lama dituduh sebagai biang hancurnya sistem keuangan di berbagai pasar keuangan dunia. Tetapi regulasi apakah yang mampu mengendalikan "kehendak" pemilik modal yang nota bene bisa membeli apa saja, dari regulasi, media hingga presidennya sendiri?

(Tokyo, 18 Sept 2008).